5 Aktivis Wanita Indonesia

AkuKita Wanita
4 min readJul 13, 2021

--

Kasus Apa yang Diperjuangkan oleh Mereka?

Image Credit AkuKita Wanita

Apa kalian pernah mendengar kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia? Seperti kasus rasisme, pelecehan, hingga pembunuhan di luar hukum. Kasus semacam ini masih sering kita dengar tetapi karena sedikitnya media yang meliput, kasus tersebut malah terkubur secara perlahan. Hal ini yang kemudian membawa kemunculan kasus serupa di masa depan, sebab pelaku belum mendapatkan sanksi dari perbuatannya yang membuat masyarakat terinspirasi melakukan hal yang sama. Dari sinilah peran aktivis sangat besar guna menegakkan keadilan yang seharusnya dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Lantas, apa itu aktivis? Menurut KBBI, aktivis adalah orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, dan wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan dalam organisasinya. Definisi lain dari aktivis juga dapat disebut sebagai seseorang yang menggerakkan demonstrasi dan sebagainya. Aktivis biasanya tidak tergantung dari gender, banyak aktivis perempuan yang sukses menyuarakan ketidakadilan atau pelanggaran HAM di media nasional maupun internasional dan banyak menarik perhatian publik. Berikut adalah lima nama aktivis wanita di Indonesia:

Suciwati

Istri dari Munir yang juga aktivis HAM, namanya mulai terkenal semenjak kematian suaminya. Kemunculan Suciwati bertujuan untuk memperjuangkan pelanggaran HAM atas terbunuhnya Munir yang kini kasusnya masih belum ada kelanjutan. Perjuangan dari wanita kelahiran Malang, 23 Maret 1968 ini berhasil membuka mata dunia tentang pentingnya penegakkan HAM di Indonesia.

Dikutip pada kompas.com, pada 2019 lalu, Suciwati menyebutkan bahwa penyebab dari kasus suaminya yang hingga kini masih belum menemukan titik terang ialah adanya permufakatan jahat dari aktor intelektual. Ia juga menyebutkan bahwa ini adalah sebuah tanda kemunduran untuk negara ketika menunjukkan bahwa penjahatnya jauh lebih kuat dari hukum. Lima belas tahun merupakan waktu yang cukup lama baginya untuk mengungkapkan kejelasan kasus kematian suaminya.

Maria Catarina Sumarsih

Jika kalian pernah mendengar Tragedi Semanggi 1998 yang menelan banyak korban jiwa, Wawan, yang merupakan putra pertama dari Maria Catarina Sumarsih, menjadi salah satu korban peristiwa ini yang ditemukan tewas tertembak. Wanita yang lebih dikenal dengan panggilan Sumarsih ini memperjuangkan hak asasi anaknya selama bertahun-tahun.

Perjuangannya yang penuh semangat membuatnya mencetuskan aksi Kamisan, yakni aksi setiap hari Kamis di depan Istana Negara yang dilakukan oleh korban pelanggaran HAM di Indonesia. Dari sini, dapat disimpulkan bahwa perjuangan Sumarsih masih berlanjut hingga kini. Ia juga pernah disorot media ketika melempar telur ke arah tempat duduk fraksi Militer yang hadir di persidangan pada tahun 2001 karena menganggap kasus anaknya bukan pelanggaran HAM berat. Perjuangan terbaru Sumarsih dapat kita ketahui dari CNN Indonesia, pada tahun 2018, Sumarsih mendesak Presiden Joko Widodo untuk bersikap terbuka soal pelanggaran HAM di Indonesia saat menerima Komisioner Tinggi HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pangeran Zeid Ra’ad Al Hussein.

Veronica Koman

Nama ini tentu sering kamu dengar di media-media beberapa tahun terakhir. Veronica merupakan salah satu aktivis yang paling vokal membicarakan kasus pelanggaran HAM di Papua. Gerakan West Papua Melawan 2019 ini dipicu adanya tindakan rasis terhadap mahasiswa Papua Barat di Malang pada 15 Agustus, di Surabaya pada 16 dan 17 Agustus, dan di Semarang pada 18 Agustus 2019. Veronica menyatakan bahwa ia juga memperjuangkan isu lain seperti impunitas, pembunuhan di luar hukum, kebebasan pers, pemadaman internet, pasal makar, penggunaan kekuatan berlebihan terhadap demonstran, hingga penggunaan milisi sipil.

Dikutip juga dari cnnindonesia, Veronica menyatakan bahwa isu ini adalah hal-hal yang ditanyakan oleh Komite HAM Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang West Papua. Sayangnya, pada 7 Desember 2019, Ia ditetapkan sebagai buronan karena dituduh menghasut kerusuhan atas cuitannya di Twitter per tanggal 18 Agustus 2019. Meskipun begitu, perjuangannya ini mengantarkan Veronica meraih penghargaan dari organisasi Australia ACFID yang bernama Sir Ronald Wilson Award.

Anis Hidayah

Dikutip dari tirto.id, Anis mulai berkiprah di dunia aktivis sejak duduk di bangku kuliah. Wanita kelahiran Bojonegoro ini mulai menyadari bahwa tempat kelahirannya merupakan salah satu basis buruh migran Indonesia. Dari sinilah Anis menemukan fakta bahwa jumlah penipuan serta penganiayaan terhadap para TKI di luar negeri meningkat dari tahun ke tahun. Hal inilah yang mendasari berdirinya Solidaritas Perempuan Jawa Timur di tahun 1998. Adanya wadah tersebut membuat para mantan buruh migran dan aktivis mahasiswa aktif memberikan advokasi terhadap kasus penganiayaan dan pemerkosaan. Perjuangannya selama ini menghantarkannya terpilih menjadi panelis debat ketiga Pilpres 2019 yang digelar pada Minggu, 17 Maret 2019 silam.

Yuyun Wahyuningrum

Dikutip dari idntimes, tidak hanya perjuangan di nasional, Yuyun juga berperan dalam perjuangan di tingkat ASEAN. Ia menjabat sebagai penasehat senior di Human Right Working Room (HRWR) ASEAN sejak tahun 2010. Selain itu, ia juga menjabat penasehat senior di ASEAN untuk bidang perlindungan HAM yang berkantor pusat di Bangkok. Salah satu kasus pelanggaran HAM yang ia perjuangkan ialah kasus minoritas Rohingnya di Myanmar. Dikutip dari tempo.co, Yuyun juga ikut bekerja dalam kegiatan advokasi sebagai penasehat senior untuk menentang penyiksaan, hukuman mati, migrasi, serta bisnis dan HAM. Hingga saat ini, ia aktif di sejumlah organisasi seperti HRWG, ASEAN Parliamentarians for Human Rights, The Southeast Asian Initiatives for Human Rights Governance dan Accountability (SIHRA), dan Women Voices in ASEAN.

Nah, itulah lima aktivis wanita di Indonesia. Kalau dari teman-teman, apa ada aktivis wanita Indonesia yang menginspirasi selain yang telah disebutkan di atas? Silahkan tulis di komentar, ya!

AkuKita Wanita juga memberikan pencerdasan di newsletter yang dikirim melalui e-mail dua minggu sekali.

Penulis: Vil Laura Murdiahtin N.

Editor: Azaina Farah Sabrina

Sumber:

Andita, M. (2019, Desember 07). Women. Retrieved Juli 12, 2021, from IDN TIMES: https://www.idntimes.com/life/women/maya-andita/5-perempuan-aktivis-ham-paling-berpengaruh-di-indonesia-c1c2/5

Indonesia, C. (2018, Februari 02). Peristiwa. Retrieved Juli 12, 2021, from cnnindonesia: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180201211501-20-273313/jokowi-didesak-bersikap-terbuka-saat-bertemu-komisi-ham-pbb

Indonesia, C. (2020, September 30). Peristiwa. Retrieved Juli 12, 2021, from CNN Indonesia: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200930133657-20-552697/veronica-koman-beberkan-laporan-dugaan-pelanggaran-ham-papua

KBBI. (2021, Juli 12). aktivis. Indonesia, Jawa Timur, Gresik.

Koresponden, N. (2019, Januari 5). DUNIA. Retrieved Juli 12, 2021, from TEMPO.CO: https://dunia.tempo.co/read/1161854/yuyun-wahyuningrum-jadi-wakil-indonesia-di-komisi-ham-asean

Purnamasari, D. M. (2019, September 06). Nasional. Retrieved Juli 12, 2021, from kompas.com: https://nasional.kompas.com/read/2019/09/06/17524921/15-tahun-terbunuhnya-munir-suciwati-penjahatnya-kuat-sampai-presiden-tak

tirto.id. (-, — -). profil. Retrieved Juli 12, 2021, from tirto.id: https://amp.tirto.id/m/anis-hidayah-rk

--

--